Senin, 25 Mei 2020

Ayo Pulang, Lebaran Tanpa Tetapi!



Seminggu jelang lebaran, telepon terus berdering dari keluarga saya, pun keluarga suami bertanya tentang pulang. Lebaran tahun ini, semestinya kami lalui dengan berkumpul di Bulukumba; tanah kelahiran suami. Kami telah mengatur jadwal gilir-bergilir antara kampung saya, dan suami secara bergantian setiap tahunnya. Namun apalah daya, lebaran musim sekarang dilalui dengan cara berbeda; tidak pulang kampung. Segala hal dikembalikan ke rumah. Termasuk rindu berkumpul dan merasakan nasu likku' ibu mertua (untuk urusan masak-memasak beliau sungguh ahlinya), tertunda. Saya kurang pandai memasak makanan satu ini, bersyukur orang-orang di rumah tetap semangat menikmati olahan ayam saya meski hanya dibumbui bawang dan kecap.

Ini pun kali pertama, saya membikin ketupat dan burasa sendiri. Menjemur daun pisang, memeras santan, dan menanak beras sampai setengah matang, membungkusnya dengan lembaran daun pisang yang sudah diukur sedemikian rupa, sampai mengikat hasil burasa tersebut dengan tali rumput jepang, saya lakukan sendiri. Memasak makanan ini, di atas perapian susunan batu bata dan bara kayu bakar di halaman, membuat aroma kampung jelang lebaran menyala-nyala. Apatah lagi, diiringi suara takbiran dari masjid yang pagarnya berhadapan langsung dengan rumah kami. Sungguh terasa syahdu. Saya tidak ingin galau, saya telah berikhtiar akan membuat suasana lebaran dari kampung pindah ke rumah kami.

Sabtu, 18 April 2020

AWAL CERITA KEN


Seperti sebuah cerita, hidup hanya bisa diarahkan akhirnya oleh penulis cerita tersebut. Para pembaca, atau penikmat cerita bertugas menerima dengan rupa-rupa kecamuk, semisal marah, penasaran, manggut-manggut, bahagia, dan bersedih pada setiap kisah yang dituliskan penulis. Demikian dirimu! Setelah berpaya-payah menuangkan segenap tenaga dan pikiran untuk kesembuhan kakak Zao yang divonis osteoforosis dini  di usianya yang belum genap 4 tahun. Selama setengah tahun, kakak menahan sakit nyerinya tulang-tulang di persendian kaki, bahkan hanya untuk menggerakkan tubuh di tempat tidur. Dalam situasi ini, kau hadir, bernafas dalam rahim mama. Ini sebuah alur hidup yang disuguhkanNya, sebagai pemilik cerita; mama dan papa bercuka cita! Setidaknya, dirimu adalah penawar “lelah” mengimbangi segenap hal sekaitan dengan pemulihan kakak.

Namun, tahukah? Mama dan papa hanyalah pelakon kisah. Sebagaimana nasib para pembaca, Sang Penulis bebas mengarahkan pelakon pada banyak peristiwa. Semisal, payahnya mama di tri semester pertama kau bernaung di peranakan ini. Lalu di pertengahan bulan ketujuh, gerakmu yang lincah sering kali membuat mama mengeluarkan darah segar yang belakangan terlacak sebagai plasenta letak rendah (plasenta Previa) yang merupakan salah satu hal kurang baik bagi keberlangsungan hidupmu, pun mama. Sontak saja mama dan papa kaget! Tetapi kami berusaha berpikir tenang. Toh, ini bukan kali pertama. Setiap hamil, gua garba ini memang selalu bermasalah. Dulu saat mengandung kakak Zao juga demikian; mama harus meminum obat penguat rahim pagi dan malam selama 4 bulan agar kakak dapat bertahan, lalu saat lahiran pun hanya bisa melalui operasi caesar.

Ayo Pulang, Lebaran Tanpa Tetapi!

Seminggu jelang lebaran, telepon terus berdering dari keluarga saya, pun keluarga suami bertanya tentang pulang. Lebaran tahun ini, se...