Menyiapkan hidangan
buka puasa di bulan Ramadhan, merupakan hal mengasyikkan yang lain. Saya memilih
sebuah kol sebagai bahan utama hidangan. Mengiris-ngirisnya, membuat ingatan
juga teriris. Tetiba teringat hampir setiap bulan Ramadhan, stok sayur jenis
ini melimpah di rumah. Tentunya itu adalah kiriman seorang tante (tetapi kami
memangilnya Ibu) dari kampung. Dia memang adalah seorang pedagang sayur-matur
yang tergolong berhasil. Saya malah sering kewalahan menghabiskan kiriman
sayur-mayur beliau, dan ujungnya mengasap di dapur tetangga. Begitulah,
beliau sengaja melebihkan. Katanya agar saya membagi-bagikannya juga ke kerabat
lain, dan tetangga.
Langganan:
Postingan (Atom)
Ayo Pulang, Lebaran Tanpa Tetapi!
Seminggu jelang lebaran, telepon terus berdering dari keluarga saya, pun keluarga suami bertanya tentang pulang. Lebaran tahun ini, se...

-
Menulis adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa, suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lai...
-
Tiada yang salah dengan perpedaan dan segala yang kita punya. Yang salah adalah sudut pandang kita, Yang membuat kita terpisah. B...
-
“Kita tidak bisa menyamakan kopi dengan air tebu. Sesempurna apapun kopi yang kamu buat, kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tak dapa...